Jim Collins menyampaikan bahwa salah satu alasan organisasi berhasil membuat lompatan sementara organisasi pesaingnya gagal adalah karena organisasi tersebut tidak hanya mengumpulkan tim yang tepat.
Poin utama yang perlu diperhatikan yaitu mendapatkan orang yang tepat di dalam organisasi dan mengusir orang yang salah dari dalam organisasi sebelum Anda mencari tahu ke arah mana harus membawa organisasi Anda.
Poin utama kedua adalah kadar keketatan yang kuat (sheer rigor) di dalam keputusan mengenai tim (people decisions) guna membawa organisasi dari bagus ke hebat.
Nah dalam rangka menemukan orang yang tepat, Marcus Buckingham saat meneliti berbagai alasan para manajer dunia dalam memilih tim menemukan bahwa mereka tidak hanya memperhatikan knowledge, skill, dan attitude semata, tetapi kunci pertama yang mereka perhatikan yaitu mencari orang-orang yang berpotensi/berbakat.
Bagi mereka, memilih bakat merupakan tanggung jawab utama dan terpenting bagi seorang pemimpin.
Jika mereka tidak berhasil menemukan orang dengan bakat yang diperlukannya maka segala sesuatu yang dia lakukan untuk membantu anggota timnya agar dapat tumbuh dan berkembang akan menjadi sia-sia.
Nah sesuai penjelasan mengenai pentingnya bakat tersebut, pada chapter kali ini kita akan lebih banyak membahas mengenai talents management.
Talents management adalah cara menemukan orang sesuai dengan bakat dan kekuatan yang dimilikinya, kemudian memperkayanya dengan pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) untuk mengembangkan bakatnya tersebut hingga pada akhirnya mencapai kinerja terbaiknya.
Oleh karena itulah, menurut Buckingham & Coffman dalam buku First, Break All The Rules, para manajer hebat melakukan empat langkah dalam memilih orang untuk menempati posisi dalam organisasi.
Berikut ini merupakan empat langkah tersebut.
- Ketika memilih seseorang, mereka tidak hanya memilih berdasarkan pengalaman, kecerdasan, atau tekad, tetapi juga memilih berdasarkan bakat.
- Ketika menetapkan pengharapan, mereka menentukan hasil yang tepat, bukan langkah yang tepat.
- Ketika memotivasi orang, mereka fokus kepada kekuatan, bukan kepada kelemahan.
- Ketika mengembangkan seseorang, mereka membantunya menemukan tempat yang tepat, bukan hanya tahap selanjutnya.
Kita akan bahas 4 langkah tersebut lebih mendetail.
- Menemukan Bakat
Bakat tidak berhubungan dengan kemahiran yang membawa ketenaran, bukan tentang Michael Jordan yang menjadi legenda dalam permainan bola basket,
bukan Christiano Ronaldo yang menjadi idola sepak bola, bukan pula Oprah Winfrey (host terkenal), atau Reza Rahardian (aktor ternama). Ya, mereka memang berbakat, tetapi bakat ini bukan hal langka yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seolah-olah mereka diturunkan secara spesial dan limited edition.
Buckingham & Coffman menjelaskan bahwa bakat adalah sebuah pola pengulangan dari pikiran, perasaan, atau perilaku yang dapat dimanfaatkan secara produktif. Menurutnya, bakat adalah perilaku yang sering atau secara berulang kali dilakukan.
Hal tersebut kemudian mendorong seseorang untuk memberikan perhatian pada beberapa penggerak walaupun yang lain terlepas atau bahkan luput dari perhatian Anda.
Misalnya saja, kemampuan naluriah Anda untuk mengingat nama seseorang dan bukan hanya wajahnya adalah sebuah bakat, begitu juga keinginan Anda untuk merapikan buku dan mengurutkannya berdasarkan abjad juga merupakan sebuah bakat.
Kegemaran Anda pada teka-teki silang dan tertarik pada pekerjaan-pekerjaan berisiko atau perasaan tidak sabar juga merupakan sebuah bakat. Setiap pola yang berulang dan dapat dimanfaatkan secara produktif maka dapat dikatakan sebagai suatu bakat.
Setiap peran tertentu jika ingin dilakukan secara sempurna maka diperlukan sebuah bakat.
Semua pekerjaan yang membutuhkan pengulangan pikiran, pengulangan perasaan, serta pengulangan perilaku juga didibutuhkan suatu bakat tertentu. Di situlah talents management berperan.
- Antara Keahlian, Pengetahuan, dan Bakat
Apa perbedaan antara keahlian, pengetahuan, dan bakat?
Perbedaannya yaitu Anda bisa melatih keterampilan dan mengajarkan pengetahuan, tetapi tidak dengan bakat yang tidak dapat diajarkan.
Anda bisa mengajarkan pengetahuan tentang aset dan liabilitas, debit dan kredit, atau antara modal dan utang. Anda bisa melatih cara menyusun laporan arus kas, laporan laba rugi, dan neraca sekaligus membuat analisis keuangan kepada seorang akuntan internal hingga mahir menulis laporan arus kas, laba rugi, neraca, hingga membuat analisis keuangan untuk organisasi.
Akan tetapi, Anda tidak bisa mengajarkan rasa penasaran ketika angka-angka neraca tidak cocok atau tidak seimbang. Anda tidak bisa mengajarkan kepada mereka untuk memiliki keinginan agar mencobanya lagi dan merasa dunia menjadi sempurna ketika mereka mampu membuat angka-angkanya sesuai.
Anda tidak bisa membuat mereka merasa bahagia untuk melakukannya secara terus-menerus dan berulang. Hal inilah yang disebut dengan bakat.
Ketelitian dan kecintaan terhadap kesempurnaan bukan merupakan sebuah keahlian, juga bukan merupakan sebuah pengetahuan, melainkan sebuah bakat.
Seseorang bisa saja menjadi akuntan walaupun tidak memiliki bakat di bidang akuntansi, tetapi ia tidak akan menjadi unggul sebagai seorang akuntan.
Jika bakat ini dilalui begitu saja maka seorang pemimpin dan manajer tidak akan mampu meningkatkan tim hingga kapasitas terbaiknya.