Karakteristik Generasi Milenial Seperti yang kami bahas sebelumnya bahwa generasi milenial yang lahir pada tahun 1980-2004 tumbuh dewasa disertai dengan meluasnya penggunaan internet, teknologi informasi, dan gadget dalam kehidupan sehari-hari.
Koneksi internet menjadi konsumsi pokok saat ini, terutama dalam mendapatkan informasi.
Karena begitu pokoknya, Google sebagai referensi utama dalam pencarian informasi sampai mampu menghasilkan 5 juta tautan dalam hitungan detik. Milenial tidak memahami cara lain untuk mendapatkan informasi kecuali melalui media internet. Semuanya dilakukan secara real time dan tanpa ada jeda waktu.
Seorang milenial juga melakukan pertemanan melalui sosial media dan mereka menggunakan sosial media untuk menciptakan dan membagikan konten sejak masih anak-anak.
Kondisi ini berdampak penting bagi lingkungan kerja. Milenial akan terhambat dan berontak dengan birokrasi serta adanya batasan. Mungkin para milenial bukan orang pertama yang membenci birokrasi, tetapi mereka adalah generasi pertama yang memiliki alat serta akses untuk mengakali dan melawan birokrasi yang memiliki prosedur yang panjang.
Generasi masa lalu bekerja di sebuah tempat khusus, menggunakan peralatan yang disediakan oleh organisasi, fokus kepada input, mengikuti tangga karier yang dibuat oleh organisasi, dan bekerja sesuai dengan yang ditugaskan.
Sementara Karakteristik Generasi Milenial bekerja di mana saja, menggunakan berbagai sarana, fokus kepada hasil akhir, menciptakan karier sendiri, dan bekerja sesuai dengan passion-nya.
Generasi masa lalu juga cenderung merahasiakan informasi dan pengetahuan, penurut, menggunakan e-mail sebagai alat komunikasi, fokus kepada pengetahuan, dan top down dalam belajar mengajar.
Sementara Karakteristik Generasi Milenial lebih terbuka dalam informasi, berpotensi menjadi seorang pemimpin dan memengaruhi, menggunakan berbagai media untuk berkomunikasi, belajar dan beradaptasi, serta demokratis dalam proses belajar dan mengajar.
Informasi yang didapat dari Jobplanet menunjukkan kesetiaan para milenial di dunia kerja. Mereka rata-rata mampu bertahan di tempat kerja hanya berkisar antara 1-2 tahun dan selanjutnya mencari pekerjaan lain yang diminatinya.
Inovasi atau Mati
Inovasi dalam pengelolaan sumber daya manusia menjadi sangat penting dan menjadi sebuah kata kunci dalam bisnis. Dia tidak hanya berubah, tetapi berfokus untuk menciptakan nilai. Tidak hanya berinovasi dalam pasar dan produk, tetapi juga berinovasi dalam mengelola sumber daya terpenting dalam organisasi, yakni manusia.
Inovasi merupakan perubahan spesifik yang dapat mengenali adanya nilai terkurung oleh cara-cara lama dan menyelesaikannya dengan cara baru. Tidak hanya dengan menambah fitur dalam organisasi, tetapi menciptakan perubahan cukup mendasar dan membuka pintu atas nilai-nilai baru.
Apple dan Google bertahan karena melakukan inovasi dengan memberikan nilai bagi penggunanya. Traveloka dan Go-Jek mengguncang dunia transportasi serta pariwisata, kemudian dua organisasi ini menjadi besar karena inovasi dalam memberikan solusi perjalanan yang praktis. Airbnb dan Airy mengguncang industri perhotelan dengan mengizinkan siapa pun menyewakan rumah, kamar kosong, dan apartemen mereka.
Organisasi yang berinovasi dan berpikir digital akan terus memperbaiki penawaran produk bisnis, menginovasi model bisnis, menginovasi proses manajemen, dan menginovasi pemanfaatan sumber daya manusianya.
Siapa mereka yang memiliki harapan untuk berinovasi dan digitalisasi ?
Mereka adalah generasi milenial. Merekalah “Penduduk digital” yang sangat sulit memahami alasan dari berbagai cara yang dilakukan oganisasi dalam menyelesaikan masalah saat ini kelihatannya mengabaikan realitas digital dan kesederhanaan.
Generasi milenial bukan hanya fasih menggunakan alat-alat digital, tetapi mereka mengerti kondisi ternyaman untuk menggunakan media digital. Mereka juga sangat paham bahwa dunia teknologi dan informasi mengalami perubahan secara terus-menerus sehingga mereka perlu menemukan cara-cara inovatif dalam mencapai hasil-hasil terbaik untuk pekerjaan mereka.
Perubahan Era Membawa Paradigma Kepemimpinan Organisasi yang Berbeda
Jika era berubah maka paradigma mengelola tim juga pasti berubah. Para pemimpin harus mengubah cara mereka mengendalikan organisasi dan mengelola tim. Jika pada masa manajemen tradisional lebih mengandalkan perintah dan kontrol atas bawahan maka pada era manajemen digital, kepemimpinan lebih efektif dengan pendekatan menginspirasi dan keterhubungan.
Jika pada awal masa manajemen, gaya kepemimpinan bersifat top down (bossy) di mana istilah dan praktik transactional leadership menjadi sangat efektif, kemudian bergeser menjadi transformational leadership maka dalam menghadapi generasi milenial justru lebih efektif dengan gaya melayani dan menginspirasi atau lebih dikenal dengan istilah servant leadership. Pada masa ini, seorang pemimpin lebih menjadi seorang pelayan dan inspirator bagi bawahannya.
Workshop HRM Mastery akan membahas praktik-praktik pengelolaan manajemen SDM secara umum dan aplikasinya terhadap organisasi pada era Industri 4.0 ini. Harapannya, Anda yang merupakan seorang pemimpin bisnis, manajer SDM, dan praktisi SDM memahami dan mampu mengelola tim dengan benar.
dalam program Pelatihan ini kita akan membahas tentang cara mengelola tim, dimulai dari membuat perencanaan tim, manajemen bakat, mengembangkan tim, mempertahankan kinerja tim, membuat peta karier, sampai dengan membuat sistem reward yang menarik bagi kaum milenial.
Harapannya, tim Anda menjadi lebih berkontribusi untuk organisasi dan organisasi Anda menjadi organisasi yang ideal untuk tim Anda