Employee engagement pertama kali dipopulerkan oleh Gallup Consultant pada 2004, meskipun sebelumnya banyak pakar yang mulai membahas mengenai konsep ini.
Employee engagement adalah keadaan internal organisasi di mana karyawan memiliki hubungan emosional terhadap organisasi tempatnya bekerja, termasuk di dalamnya pandangannya terhadap pekerjaannya, tanggung jawabnya, hubungannya dengan atasan, bawahan, dan rekan koleganya.
Engagement = loyalitas, rasa bangga, dan sense of belonging
Aspek dan Dimensi Employee Engagement
Menurut Schaufeli dan Bakker (2003), terdapat tiga aspek yang membangun dimensi employee engagement, yaitu sebagai berikut:
- Kekuatan (Vigor)
Kekuatan dikarakteristikkan dengan energi dan resiliensi mental yang tinggi ketika sedang bekerja, kemauan berusaha sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Individu dengan skor tinggi pada aspek kekuatan biasanya memiliki energi dan stamina tinggi serta bersemangat ketika bekerja. Sedangkan individu dengan skor rendah pada aspek kekuatan memiliki tingkat energi, semangat dan stamina yang rendah saat bekerja.
2. Dedikasi (Dedication)
Dedikasi mengacu pada perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek dedikasi secara kuat mengidentifikasi diri dengan pekerjaan karena adanya pengalaman bermakna, menginspirasi dan menantang. Selain itu, mereka selalu antusias dan bangga dengan pekerjaannya. Sedangkan individu dengan skor rendah tidak mengidentifikasi diri dengan pekerjaannya karena tidak memiliki pengalaman yang bermakna, menginspirasi dan menantang.
3. Keasyikan (Absorption)
Absorpsi atau keasyikan dikarakteristikkan dengan konsentrasi penuh, minat terhadap pekerjaan dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek absorpsi biasanya merasa tertarik dengan pekerjaan dan sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya, begitupun sebaliknya.
Employee engagement di sini adalah tentang bagaimana seorang karyawan bisa merasa bangga dan loyal dalam pekerjaannya bagi organisasi, menjadi bagian perusahaan yang siap menangani klien, user, serta konsumen, serta selalu memberi lebih dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya.
Jadi, employee engagement akan menarik ide-ide karyawan untuk meningkatkan produk dan jasa, serta tentang berinovasi dalam bekerja.
Para pemberi kerja berharap employee engagement bisa memancing komitmen lebih dalam dari karyawan, sehingga semakin sedikit pula mereka yang selalu absen, malas, kecelakaan kerja, serta menimbulkan konflik dalam pekerjaan.
Tujuan akhirnya tentu untuk meningkatkan produktivitas organisasi/perusahaan dengan selalu konsisten melakukan aksi demi mencapai nilai perusahaan.
Tipe Karyawan dalam Employee Engagement
Sangat banyak tempat kerja yang tidak mementingkan employee engagement, sehingga karyawan dipenuhi dengan perbedaan, rasa cemburu atau iri, saling tidak percaya, dan masih banyak lagi.
Hubungan tempat kerja yang negatif ini akan menjadi penyebab besar mengapa banyak karyawan tidak merasa terhubung dengan pekerjaannya.
Jurnal semesteran Gallup Management tentang Employee Engagement Index menentukan persentase saat ini sebagai berikut:
- 29% karyawan yang termasuk dalam engaged employee
- 54% karyawan yang termasuk dalam not engaged employee
- 17% karyawan yang termasuk dalam actively disengaged
Apakah hubungan tempat kerja yang negatif ini akan menjadi masalah besar?
Tentu saja, karena selain meningkatkan stres yang dirasakan oleh mereka yang menghabiskan mayoritas waktunya di lokasi yang tidak mendukung, hubungan negatif ini juga bisa merusak fungsi organisasi/perusahaan.
Teknologi juga menyebabkan pekerjaan semakin kompleks dan semakin terspesialisasi.
Dengan demikian, dibutuhkan keterkaitan dan hubungan antarpekerja untuk bisa menghasilkan produk atau jasa yang baik.
Menurut Gallup, terdapat 3 tipe karyawan dalam menyikapi employee engagement, yakni seperti terlampir sebagai berikut ini:
#1 Engaged
Merupakan karyawan yang bekerja dengan passion dan menemukan hubungan yang erat dengan perusahaannya.
Mereka menunjukkannya dengan inovasi demi memajukan perusahaan.
#2 Not Engaged
Merupakan karyawan yang istilahnya sudah “check out” dari perusahaan. Mereka bekerja hanya sebatas asal hadir, menghabiskan waktu tanpa memberikan passion atau energi dalam bekerja.
#3 Actively Disengaged
Merupakan karyawan yang bukan hanya membenci pekerjaannya, namun juga menutupi ketidakbahagiaannya.
Dalam novel terbaru James Hynes, Kings of Infinite Space, karakter utamanya sadar bahwa mereka adalah zombie yang tidak memiliki jiwa dan pikiran, hanya bergerak tanpa arah di tempat kerjanya.
Bagi banyak karyawan, setidaknya bagi mereka yang bekerja dalam tempat kerja yang tidak sehat, perasaan ini mungkin bagai melihat diri sendiri, karena sangat familiar.
Ciri Employee Engagement
Menurut Schaufeli dan Bakker (2008), karyawan yang memiliki engagement yang tinggi memiliki ciri-ciri yang dikenal dengan istilah 3S (Say, Stay dan Strive), yaitu sebagai berikut:
- Say. Secara konsisten berbicara positif mengenai organisasi dimana ia bekerja kepada rekan sekerja, calon karyawan yang potensial dan juga kepada pelanggan.
- Stay. Memiliki keinginan untuk menjadi anggota organisasi dimana ia bekerja dibandingkan kesempatan bekerja di organisasi lain.
- Strive. Memberikan waktu yang lebih, tenaga dan inisiatif untuk dapat berkontribusi pada kesuksesan bisnis organisasi.
Manfaat Memiliki Karyawan yang Engaged Di Dalam Organisasi
- Kinerja tim yang lebih baik
Karyawan yang engaged dengan apa yang dilakukannya tidak hanya akan memberikan dampak positif kepada dirinya sendiri, tetapi juga ke seluruh tim. Ini disebabkan karyawan yang engaged mampu memberikan performa di level tertinggi. Bayangkan jika Anda memiliki lebih dari satu karyawan yang engaged di dalam tim?
- Meningkatnya produktivitas
Karyawan dengan tingkat keterlibatan tinggi biasanya sudah memahami apa tujuan dari bisnis perusahaan, dan mampu mengatur cara kerja mereka agar aligned dengan strategi perusahaan. Hasilnya, mereka mampu bekerja secara efektif hingga produktivitas individu dan tim meningkat. Perusahaan pasti bisa melihat hasilnya dengan jelas.
- Menurunnya tingkat turnover
Tentunya, tidak ada alasan bagi karyawan yang engaged untuk cepat-cepat resign dari perusahaan, bukan? Ini karena mereka memiliki komitmen emosional terhadap pekerjaan mereka, juga lingkungan di perusahaan. Tentunya, ini akan menyelamatkan perekrut dari beban rekrutmen setiap kali ada karyawan yang resign.
- Pelayanan pelanggan lebih baik
Karyawan yang mampu berkomitmen terhadap pekerjaan tentu bisa melihat dan menentukan apa yang terbaik bagi pelanggan mereka. Bahkan, mereka bisa memunculkan ide-ide segar lebih cepat dari orang lain karena mereka aktif update kondisi market–semua karena mereka memikirkan pelanggan mereka.
- Meningkatkan profit
Akhirnya, apa yang organisasi dapat dari memiliki karyawan yang engaged? Kinerja individu dan tim membaik, produktivitas meningkat, pelanggan Anda puas… yup, tentu akhirnya profit pun akan ikut membaik. Menurut Meta-analisis dari Gallup, bisnis atau unit kerja yang mendapat skor tertinggi pada employee engagement menunjukkan tingkat profitabilitas 21% daripada seperempat skor lebih rendah lainnya.
Lalu siapa yang bertanggung jawab untuk meningkatkan