Ada puluhan lamaran masuk ke kami, setelah kami posting kebutuhan talents untuk tim digital marketing sebulan yang lalu. Dari sekian banyak pelamar 90 persen dari mereka, tidak memiliki keterampilan dan pengalaman di suatu bidang yang kami cari.
Modal mereka hanya ijazah, lulus SMA atau SMK, dan tentu saja tenaga yang dianugrahkan Tuhan sejak dia terlahir, dari situlah kok kasian ya, di era sekarang, mereka hanya mengandalkan ijazah dan tenaga, dan harus bersaing di pasar tenaga kerja yang red ocean
Maksu dari red ocean saya ambil dari bukunya Blue Ocean Strategi dimana penulis menggambarkan red ocean berarti bersaing dengan jutaan bahkan miliaran calon buruh yang memiki keterampilan yang sama. Bukan meragukan kepastian rejeki mereka, loh ya…
Dari situ saya jadi teringat dengan salahsatu slide training yang sering kali saya sampaikan di kelas, HISTORY OF WORK, yang akan membedakan antara Buruh, Karyawan hingga talent.
Ya, Kalo kita mengacu ke istilah di dunia SDM, setidaknya ada 3 istilah menarik yang sering digunakan BURUH, KARYAWAN, TALENT. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah tim, anak buah, atau punya istilah lain barangkali?
Tanggal 1 Mei kemarin, dunia memperingati hari buruh, tapi tidak ada hari karyawan apalagi hari talent, sebetulnya latar belakang penggunaan nama itu dari mana sih? yuk kita kupas.
Sedikit saya bedah dari slide training saya ya, bahwa perubahan era menyebabkan bergantinya jenis pekerjaa, juga terjadi perbedaan dalam tujuan bekerja, akibatnya tujuan sebuah industri mencari karyawan juga berbeda.
Istilah Buruh
Istilah buruh sebetulnya, dekat dengan era agraria (pertanian) dan awal masa era indsutri masal (industri 1.0), keduanya sama sama menggunakan tenaga manusia untuk berproduksi.
Pada masa itu, mereka bekerja untuk bertahan hidup, dimana orang orang yang kuat lah yang dicari, semakin kuat maka semakin tinggi bayarannya, kekuatan adalah simbol kesuksesan.
Bergeser ke istilah karyawan
Kemudian dunia bergeser ke era industri 2.0, dimana industri sudah mulai menerapkan mesin-mesin besar, dimana pada saatu itu mulai dilakukan efisiensi biaya, manusia produktif dan memiliki skill menjadi idola, di karyakan dan dibayar lebih tinggi,
Di era ini, motif bekerja tidak lagi di level survival tetapi kepuasan, namanya berubah menjadi karyawan. Pendeknya, keterampilan adalah simbol kesuksesan.
Bergeser ke industri 3.0, era internet dan komputer, dimana motif bekerja tidak hanya tentang kepuasan, karir dan keberlimpahan, tetapi engagement, pada masa ini, manusia kreatif dan inovatif menjadi dambaan.
Di era ini banyak temuan temuan dan inovasi baru, para penemu inilah yang kemudian memiliki peran penting di indutri ini, muncullah profesional, creator, creativepreneur dan sebagainya, dan mereka yang memiliki kreativitas inilah yang kemudian sukses berkarir..
Kini eranya Talent
Dan kita berada di tengah tengah Industri 4.0 dan akan memasuki industri 5.0, dimana manusia sampai kepada motivasi tertinggi dalam bekerja : meaningfull dan fullfillment, sebuah kebermaknaan hidup.
Justru pada masa ini, mereka yang memiliki awareness terhadap dirinya sendiri yang akan menjadi simbol sukses berikutnya, pada saat ini talenta dan kejelasan tujuan hidup dianggap sangat penting.
Kita lihat, banyak profesi baru, yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, dengan ciri dan karakteristik yang berlainan, profesi semakin beragam, orang mengambil peran peran yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Sebut saja para youtuber dengan berbagai karateristik dan spesifikasinya, manusia menjadi semakin spesialis, dan mereka yang menunjukkan spesialisasinya dianggap justru lebih bernilai.
Para pengusaha, pasti sudah menyadarinya bahwa talenta yang lulus dengan ijazah saja tidak cukup, terampil saja tidak cukup, menguasai 10 area softskill dan talenta di sebuah bidang spesifik itulah yang dicari saat ini jika kita ingin sukses di era 4.0 dan di era selanjutnya.
Maka seharusnya hal ini juga Anda sadari, baik Anda para pengusaha maupun Anda yang saat ini sedang mencari pekerjaan, atau berkarir, Sudahkah menyadarinya?